
Jadi aku bingung ingin menulis apa di hari ulang tahunmu ini. Bukankah ciuman yang kuhadiahkan di keningmu semalam lebih dari jutaan puitis? Dan bukankah bait-bait doa yang kita panjatkan semalam telah mengungkapkan semua rasa cintaku kepadamu. Jadi apa yang harus aku tulis lagi, akupun tak tahu. Maka, tanyakanlah tetang rasaku pada dedaunan yang melayang ditiup angin sambil mendendangkan puisi cinta yang aku tulis dipunggungnya. Dengarkanlah dendangnya sayang:
Aku suka matamu
karena mata itu selalu memandangku sebagai manusia sempurna
Aku suka telingamu
karena telinga itu tidak pernah lelah mendengar keluh kesahku
Aku suka bibirmu
karena bibir selalu mengeluarkan pujian yang tidak gombal, kritikan yang membangun dan doa-doa yang tulus
Aku suka tanganmu
karena tangan itu selalu mengenggamku dalam suka duka, sehat sakit, tawa tangis, kaya miskin
Aku suka tubuhmu
karena tubuh itu selalu memelukku erat demi menghantarkan kekuatan
Aku suka kakimu
karena kaki itu selalu setia melangkah mendampingiku kemanapun aku pergi
Aku suka kamu...
seluruhnya...
Aku tergila-gila padamu
Padamu seutuhnya...
Untuk lebah madu-ku tersayang
Kuhadiahkan kecupan di bibirmu
Kecupan yang lebih manis dari madu
Selamat Ulang Tahun sayang...
NB:
Sumpah dan suer say, setengah mati nyari kue yang berbentuk lebah sesuai dengan arti namamu dan berwarna pink sesuai dengan warna kesukaanmu... Huh! Demi cinta... Cinta oh cinta... Beginilah cinta... deritanya tiada akhir....
Sumpah dan suer say, setengah mati nyari kue yang berbentuk lebah sesuai dengan arti namamu dan berwarna pink sesuai dengan warna kesukaanmu... Huh! Demi cinta... Cinta oh cinta... Beginilah cinta... deritanya tiada akhir....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar